Minggu, 08 Juli 2007

LK II TINGKAT NASIONAL HMI CABANG SOLO

Masjid Agung Surakarta, 9-15 Juli 2007


REVOLUSI PEMIKIRAN KADER MENUJU MUSLIM INTELEKTUAL PROFETIK

60 tahun lebih usia Himpunan ini. bukan usia yang muda lagi. Berbagai masalah mekingkupi organisasi ini, tetapi hal itulah yang seharusnya justru semakin mendewasakan HMI. Dalam usia 60 tahun ini HMI dihadapkan pada kuatnya dua gejala polarisasi gerakan umat Islam, yakni Fanatisme-sektarian (Fundamentalisme) di satu sisi, dan Pluralisme-Liberal di sisi lain. Perkembangan kedua kutub polarisasi itu sesungguhnya ancaman nyata bagi integrasi NKRI maupun integrasi umat Islam itu sendiri. Kondisi objektif semacam ini tidak serta merta mendorong HMI untuk condong pada salah satu kutub, namun harus memberi alternatif dan bergerak di tengah-tengah antara kedua ekstrim tersebut. Seperti yang kita pahami bersama, baik dalam catatan Sejarah maupun Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI, menunjukkan Komitmen dan konsistensi HMI yang tinggi terhadap perannya sebagai penyokong tegaknya NKRI. Organisasi ini senantiasa memperjuangkan nilai-nilai Islam yang selaras dengan konteks kemahasiswaan dan ke-Indonesiaan. Di tengah carut marut ekonomi-politik, dekadensi moral para pemimpin, lemahnya supremasi hukum, serta integritas bangsa yang merosot di mata dunia, diperlukan sebuah usaha ekstra untuk membangkitkan kembali wibawa bangsa ini. Oleh karena itu, diperlukan metodologi dan metode untuk pelan-pelan mengubah mentalitas buruk bangsa Indonesia, khususnya kepada para mahasiswa yang kelak akan menjadi para calon pemimpin pengganti generasi tua saat ini.
Mentalitas dan kesadaran saling berkait dengan konstruksi sistem pendidikan dan filosofi hidup yang mengakar dalam masyarakat. Sampai dengan hari ini, terbukti bahwa kita tidak dapat mengandalkan sistem pendidikan Indonesia yang belum mampu mengajarkan pendidikan yang bersifat emansipatoris-transformatif. Bahkan sistem pendidikan kita pun gagal untuk sekedar mempertahankan kearifan lokal, budaya, budi pekerti, dan lebih-lebih identitas kita sebagai sebuah bangsa. Untuk itu, HMI sebagai sebuah organisasi ekstra-kampus yang peduli pada bangsa ini, menawarkan sebuah pendidikan singkat melalui Intermediate Training (Latihan Kader II) Tingkat Nasional tahun 2007, sebagai ajang Revolusi Pemikiran Kader. Sebuah awalan radikal untuk melakukan revolusi kesadaran dan mentalitas.


Muslim Intelektual Profetik (MIP)

Sebagai hadiah
malaikat menanyakan
apakah aku ingin berjalan di atas mega
dan aku menolak
karena kakiku masih di bumi
sampai kejahatan terekhir dimusnahkan
sampai dhuafa’ dan mustadh’afin
diangkat Tuhan dari penderitaan

(Kuntowijoyo)

Tujuan yang dibawa HMI adalah membina insan akademis, pencipta, dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan wajib berjuang mewujudkan masyarakat yang tidak hanya adil dan makmur, tetapi juga diridloi Allah SWT. Hal inilah yang menjadi tugas penting bagi organisasi untuk membangun manusia Indonesia yang beradab. Himpunan ini lahir untuk mencetak pemimpin-pemimpin ideal bangsa ini. Mereka adalah pemimpin yang memiliki ketajaman intelektual, kreatif-solutif, memiliki mental pengabdi, melayani kebenaran, rendah hati dan tahu diri. Semuanya terbingkai dalam aktivitas yang bernilai ibadah. Tujuan HMI ini kemudian direfleksi ulang oleh HMI Cabang Surakarta kedalam sebuah gerakan praksis untuk mencetak generasi Muslim Intelektual Profetik (MIP). Ada tiga tahapan kunci dalam gerakan MIP ini.
Pertama, revolusi pemikiran keagamaan dari abstrak menuju kongkrit. Selama ini, pemikiran keagamaan yang dipelajari terkesan memberikan porsi yang lebih untuk persoalan-persoalan yang abstrak (ketuhanan, surga-neraka, dosa-pahala, dsb) dan melupakan persoalan-persoalan riil di tengah masyarakat (kemiskinan, penggusuran, anak jalanan, dsb). Untuk itu, diperlukan reorientasi pemikiran kader. Sehingga, melalui kehadiran kader MIP, agama harus dihadirkan sebagai berkah sosial yang mampu menjadi problem solving bagi persoalan riil yang dihadapi masyarakat.
Kedua, Revolusi pendekatan keagamaan dari ideologi menuju ilmu. Sudah saatnya agama dipahami melalui pendekatan ilmu, bukan ideologi. Sebab, ideologi bersifat subjektif, normatif, dan tertutup. Sebaliknya, ilmu bersifat objektif, faktual dan terbuka. Dikotomi antara islam-tradisionalis dan modernis, nasionalis dan Islamis, liberalis dan fundamentalis adalah contoh nyata akibat frame berpikir yang ideologis. Terbukti pemikiran seperti ini melahirkan ashobiyyah (fanatisme golongan) di tengah-tengah masyarakat yang berdampak buruk bagi integrasi umat Islam dan NKRI.
Ketiga, Objektifikasi Islam. Revolusi pemikiran dari subjektif menuju objektif ini ditempuh dalam rangka menghadirkan Islam pada cita-cita objektif. Islam adalah rahmatan lil ‘alamin, sehingga kehadirannya bukan hanya untuk keselamatan individual semata, melainkan lebih dari itu, untuk mencapai kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, diperlukan pemikiran baru yang membawa Islam berwajah emansipatif, liberatif, dan transformatif. Sebagaimana ibadah sosial tidak dapat digantikan oleh ibadah personal, tetapi sebaliknya setiap kelalaian menjalankan ibadah wajib personal, punishment yang diberikan syariat senantiasa bersifat sosial. Zakat bukan hanya mensucikan harta dan jiwa kita, tetapi esensinya adalah menghapus jurang pemisah antara yang miskin dan kaya, serta menciptakan kesejahteraan bersama.
Dengan demikian, jelas sudah dasar pemikiran dan tujuan intermediate training tingkat nasional HMI Cabang Surakarta tahun 2007 ini, yaitu untuk melakukan Revolusi Pemikiran Kader HMI, menuju generasi Muslim Intelektual Profetik (MIP) yang revolusioner, mencerahkan, dan membebaskan.

Minggu, 01 Juli 2007

Bersatulah bangsaku..berkibarlah Merah Putihku !





Kami menolak dan menentang siapapun dan daerah manapun mendirikan negara di dalam negara kesatuan Republik Indonesia ! memang, kesejahtaraan bangsa ini belum merata. Memang kemiskinan masih dimana-mana. Kejahatan dan korupsi pun merajalela..tapi..bukan alasan untuk memisahkan diri dari NKRI. karena NKRI adalah harga mati !

kita boleh mengejek dan meng-goblok2 kan penguasa kita, tapi tetap harus jaga wibawa di mata bangsa lain. Mari, bersatu saudaraku..kita berjuang..jangan sampai menjadi BUDAK di negeri dan tanah air kita sendiri !!!

Lawan PENINDASAN..tegakkan KEADILAN !

Jayalah Indonesia ! Bahagia HMI...!


Assalamu'alaikum wr. wb !
Ahlan wa Sahlan ..bagi semua kawan yang tersesat ke blog orang-orang cerdas ini !
mari kita sambut kelahiran "bayi" baru ini, dengan tersenyum yang lebih manis dari senyum saudara Anda di atas !
yakin usaha sampai...tetap tersenyum..and never give up !
Wassalam !